• Buku Tamu
  • Info Kajian Rutin
  • Paket Murah Majalah Nikah
  • Perdana Cantik
  • Ssstt….aku sudah jadi abi!
  • Tentang Kita

Setangkai Mawar Cinta

~ bagi yang merindu kebenaran

Setangkai Mawar Cinta

Category Archives: B4 Married

Bunga di Taman Hati

17 Minggu Jan 2010

Posted by Gugun Design in B4 Married

≈ Tinggalkan komentar

Tag

Bunga di Taman Hati

Apa yang diangankan oleh seorang mukmin tatkala usia nikah segera menyentuhnya? Satu diantaranya yang terpatri dalam benaknya bahwa ia menginginkan dan mendambakan seorang mukminah jamilah (baca: cantik), taat beribadah, patuh suami, dan mampu mendampingi suami di kala suka dan dukanya. Karena memang, hanya wanita shalihah-lah yang mampu memenuhi harapan sang suami. Lalu siapa dia? Yang menggembirakan tatkala dipandang, taat  ketika diperintah dan tak menyalahi diri dan harta dari apa yang di benci sang suami. Barangkali ada celetukan, bahwa dambaan di atas adalah terlalu idealis. Mungkin, namun di era yang serba kekinian  dambaan untuk memperoleh sosok wanita tersebut sangat sulit di cari!

Terlepas dari itu semua, kiranya bagi para wanita yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mesti secara dini menyiapkan diri bagi tugas-tugas masa depan yang sarat tantangan. Karenanya para wanita tak bisa melepaskan diri dari perikehidupan wanita salaf (terdahulu), karena merekalah profil-profil yang begitu banyak nilai kebajikannya serta laik menjadi teladan. Satu diantaranya adalah Khaddijah binti Khuwailid, seorang citra pendamping sejati Rasulullah.

Seorang wanita yang kaya, mulia lagi jelita. Khadijah merupakan sosok istri yang telah menyediakan rumah yang menentramkan bagi Rasulullah, sang suami terkasih sebelum diangkat menjadi  seorang Rasul. Ia yang menolong saat suaminya bertahannuts di gua Hira, Ia pula yang yang pertama kali beriman dan memenuhi ajakan Rasulullah ke jalan Rabb semesta alam. Adalah Khadijah, sebaik-baik wanita yang membantu dengan jiwa, harta, dan keluarganya. Riwayatnya harum, hidupnya sarat kebajikan dan jiwanya penuh kebaikan, hingga dikatakan padanya,

“Ia (Khadijah) beriman kepadaku, di saat manusia mengingkariku, ia membenarkanku disaat manusia mendustakanku, dan dia membantuku dengan hartanya di saat manusia enggan menolongku.” (Riwayat Ahmad)

Beliau (Khadijah) manjadi wanita pertama yang ikut andil dalam mengibarkan panji-panji Islam bersama Rasulullah. Ikut berjuang dan berjihad dengan segenap jiwa dan harta serta berani menghadapi kaumnya yang menentang dakwah suaminya, Muhammad. Senantiasa memberi motivasi dan semangat kepada suami tercinta dalam menggemakan kebenaran. Beliau merupakan figur istri yang tak disangsikan lagi akan kesetiaan dan loyalitasnya kepada suami meski diterpa keadaan yang sangat sulit sekalipun. Satu bukti kesetiaannya terpapar jelas manakala terjadi embargo yang diberlakukan oleh kaum Quraisy terhadap bani Hasyim dan bani Abdul Muthallib di gunung Abu Qubais, yang berlangsung selama tiga tahun. Setelah bertahan dengan penuh ketabahan, Khadijah dan Rasulullah kembali ke Makkah. Khadijah kembali dalam keadaan letih yang tak terperi, hingga tak berselang lama beliau jatuh sakit dan kembali kehariban Ilahi dengan tenang.

Kepergiannya mengguratkan kesedihan mendalam di hati Rasulullah. Tak berlebihanlah jika masa itu disebut sebagai ‘am al huzn (tahun duka). Meski tak lagi di sisi Nabi, beliau tetap dikenang dan diingat. Dikenang karena budi luhur dan kebaikan hatinya, diingat karena semua pengorbanan dan jasanya terhadap Islam.

Beliau menjadi tauladan bagi generasi mendatang yang selalu menginginkan keridhaan Allah. Tak mengherankan apabila beliau sangat di sayang oleh Nabi, sampai sepeninggalnya sekalipun.
Salah satu ungkapan beliau yang menunjukkan kecintaannya kepada khadijah adalah  sebagaimana yang di katakan Aisyah, “Pada suatu hari aku berbincang-bincang dengan beliau, lalu beliau bersabda, “Aku sangat menyayangi apa yang disayangi Khadijah.” (Riwayat Muslim)

Itulah Khadijah binti Khuwailid, profil istri dan ibu yang sangat laik dijadikan panutan. Kasih sayang, pengorbanan, kesetiaannya pada Islam dan suami akan senantiasa dikenang sepanjang masa.

Referensi;

– Bunga-Bunga di Taman Hati Rasulullah, Muhammad Ibrahim Sulaiman.

– Nabi Suami Teladan, Nasy’at Al-Masri.

Memilih Nama Untuk Buah Hati Tercinta

05 Minggu Apr 2009

Posted by Gugun Design in B4 Married

≈ 1 Komentar

NAMA-NAMA YANG DIHARAMKAN:
1.    Semua nama yang menghambakan diri kepada selain Alloh, contohnya : Abdul Masih, Abdur Rosul, Abdun Nabi, Abdul Ali, Abdul Syamsi, dll.
2.    Nama-nama yang menghambakan diri kepada nama-nama yang disangka sebagai nama Alloh, contohnya : Abdul Maqsud, Abdul Ma’bud, Abdul Maujud, Abdus Satar,dll.
3.    Memberi nama dengan salah satu nama dari nama Alloh ta’ala, contohnya : Alloh, Ar-Rohman, Al-Kholiq, Al-Bari’ dan nama-nama lain yang menjadi kekhususan bagi Alloh ta’ala.
4.    Nama ‘Ajam yang menjadi kekhususan orang kafir, contohnya : Petrus, Susan, Diana, Rosa, George, Kristin, Paul, Jesus, dll.
5.    Nama-nama berhala yang disembah selain Alloh, contohnya : Latta, Uzza,dll. Kalau di Indonesia seperti : Wisnu, Dewi, Dewa, dll.
6.    Nama-nama syaithon, contohnya : Khinzab, Walhan, Al A’war, dll.
7.    Nama-nama yang mengandung tazkiyyah, kedustaan, contohnya : Malikul Amlak (ملك الأملاك) artinya raja diraja, Sulthonus-Salathin (سلطان السلاطين) artinya sulthonnya sulthon, Qodhi Qudhot, Syaahan Syaah, Sayyidun Naas, dll.

NAMA-NAMA YANG DIMAKRUHKAN:
1.    Memberi nama dengan nama-nama yang artinya menunjukkan kepada dosa dan maksiat seperti : Dzolim, Kadzdzab, Zaaniyah, dll.
2.    Memberi nama dengan nama-nama hewan yang bermakna buruk, seperti : Himar (keledai), Kalbun (anjing), dll.
3.    Memberi nama dengan nama-nama Fir’aun dan orang-orang sombong, seperti Qorun, Haamaan, dll.
4.    Memberi nama dengan nama-nama yang merangsang, seperti : Ahlaam, Ariij, Abiir, Fitnah, Fatin, Syadiyah, Syadyu, dll.
5.    Memberi nama dengan nama-nama Malaikat, seperti : Jibril, Mika’il,Isrofil,dll.
6.    Memberi nama dengan nama-nama surat Al-Qur’an, seperti : Yasin, Hamim, Furqon,dll.
7.    Memberi nama yang dikaitkan dengan lafadz Ad-Diin dan Al-Islam, seperti : Syamsudin, Nuruddin, Qomaruddin, Nurul Islam, Saiful Islam, dll.
8.    Memberi nama dengan nama yang tersusun, seperti : Muhammad Aryo, Liana Yulaika, dll.
9.    Memberi nama dengan nama-nama yang arti dan lafadznya tidak disukai oleh hati, menyalahi petunjuk nabi dalam membaguskan nama.
10.    Memberi nama dengan nana-nama Yasar, Robah, Aflah, Nafi’, Najih, dll.

Tambahan dari kami :
Nama-nama yang terdengar lucu jika diartikan ke bahasa Indonesia:
1.    Nama dengan fi’il (kata kerja) atau isim yang bermakna kata kerja, seperti Irhamna (إرحمنا) artinya : “rahmatilah kami!”, Iltizam bid Diin (إلتزام بالدين) yang artinya : “berpegang teguh pada agama”, dll.
2.    Nama dengan harf, seperti Alaika (عليك) yang artinya : “atasmu”, Alaika bisa juga sebagai isim fi’il amr yang artinya : “wajib bagimu”. Inna (إنّ) yang artinya “sesungguhnya”, dll.

Seandainya seseorang bertemu orang Arab, lalu terjadi percakapan :
Orang Arab : (ماسمك) “siapa namamu” ?
Orang Indo : (إرحمنا) “Rahmatilah kami!”.
Orang Arab : ??

Berikut ini kami tuliskan nama-nama pilihan untuk anak, kami pilihkan yang penyebutannya tidak terlalu asing di telinga orang Indonesia atau sulit dalam penulisannya. Dan juga selain nama [عبد – Nama Alloh] seperti Abdulloh, Abdurrohman, atau [أمة – Nama Alloh] atau dengan bentuk tashghir [ عبيد – Nama Alloh] seperti Ubaidulloh, dst. Karena mudah tinggal disambung dengan salah satu Asma’ul Husna, sehingga tidak disebutkan di sini.

Kebetulan saat ini kami sedang menanti buah hati kami yang kedua, doain yach….

Download di sini (Klik kanan > save as) :
http://tholib.files.wordpress.com/2007/02/namapilihan.doc

Maroji’ :
Tasmiyatul Maulud, oleh asy-Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid.
Menanti Buah Hati, oleh al-Ustadz Abu Unaisah.
Kitab-kitab rowi hadits, dll.

Kriteria Memilih Pasangan Hidup Menurut Islam

18 Rabu Mar 2009

Posted by Gugun Design in B4 Married

≈ 133 Komentar

Tag

belahan jiwa, ingin menikah, jodoh, kriteria istri, Kriteria Memilih Pasangan Hidup Menurut Islam, kriteria suami, pasangan hidup

belahan-jiwaSetelah kita mengetahui tentang tujuan menikah maka Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup karena hidup berumah tangga tidak hanya untuk satu atau dua tahun saja, akan tetapi diniatkan untuk selama-lamanya sampai akhir hayat kita.

Muslim atau Muslimah dalam memilih calon istri atau suami tidaklah mudah tetapi membutuhkan waktu. Karena kriteria memilih harus sesuai dengan syariat Islam. Orang yang hendak menikah, hendaklah memilih pendamping hidupnya dengan cermat, hal ini dikarenakan apabila seorang Muslim atau Muslimah sudah menjatuhkan pilihan kepada pasangannya yang berarti akan menjadi bagian dalam hidupnya. Wanita yang akan menjadi istri atau ratu dalam rumah tangga dan menjadi ibu atau pendidik bagi anak-anaknya demikian pula pria menjadi suami atau pemimpin rumah tangganya dan bertanggung jawab dalam menghidupi (memberi nafkah) bagi anak istrinya. Maka dari itu, janganlah sampai menyesal terhadap pasangan hidup pilihan kita setelah berumah tangga kelak.

Lalu bagaimanakah supaya kita selamat dalam memilih pasangan hidup untuk pendamping kita selama-lamanya? Apakah kriteria-kriteria yang disyariatkan oleh Islam dalam memilih calon istri atau suami?

A. Kriteria Memilih Calon Istri

Dalam memilih calon istri, Islam telah memberikan beberapa petunjuk di antaranya :

1. Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Dalam hadits di atas dapat kita lihat, bagaimana beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menekankan pada sisi agamanya dalam memilih istri dibanding dengan harta, keturunan, bahkan kecantikan sekalipun.

Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu … .” (QS. Al Baqarah : 221)

Sehubungan dengan kriteria memilih calon istri berdasarkan akhlaknya, Allah berfirman :

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) … .” (QS. An Nur : 26)

Seorang wanita yang memiliki ilmu agama tentulah akan berusaha dengan ilmu tersebut agar menjadi wanita yang shalihah dan taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wanita yang shalihah akan dipelihara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya :

“Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh karena itu Allah memelihara mereka.” (QS. An Nisa’ : 34)

Sedang wanita shalihah bagi seorang laki-laki adalah sebaik-baik perhiasan dunia.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)

2. Hendaklah calon istri itu penyayang dan banyak anak.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda :

Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ” … kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak … .” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)

Al Waduud berarti yang penyayang atau dapat juga berarti penuh kecintaan, dengan dia mempunyai banyak sifat kebaikan, sehingga membuat laki-laki berkeinginan untuk menikahinya.

Sedang Al Mar’atul Waluud adalah perempuan yang banyak melahirkan anak. Dalam memilih wanita yang banyak melahirkan anak ada dua hal yang perlu diketahui :

a. Kesehatan fisik dan penyakit-penyakit yang menghalangi dari kehamilan. Untuk mengetahui hal itu dapat meminta bantuan kepada para spesialis. Oleh karena itu seorang wanita yang mempunyai kesehatan yang baik dan fisik yang kuat biasanya mampu melahirkan banyak anak, disamping dapat memikul beban rumah tangga juga dapat menunaikan kewajiban mendidik anak serta menjalankan tugas sebagai istri secara sempurna.

b. Melihat keadaan ibunya dan saudara-saudara perempuan yang telah menikah sekiranya mereka itu termasuk wanita-wanita yang banyak melahirkan anak maka biasanya wanita itu pun akan seperti itu.

3. Hendaknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah nikah.

Hal ini dimaksudkan untuk mencapai hikmah secara sempurna dan manfaat yang agung, di antara manfaat tersebut adalah memelihara keluarga dari hal-hal yang akan menyusahkan kehidupannya, menjerumuskan ke dalam berbagai perselisihan, dan menyebarkan polusi kesulitan dan permusuhan. Pada waktu yang sama akan mengeratkan tali cinta kasih suami istri. Sebab gadis itu akan memberikan sepenuh kehalusan dan kelembutannya kepada lelaki yang pertama kali melindungi, menemui, dan mengenalinya. Lain halnya dengan janda, kadangkala dari suami yang kedua ia tidak mendapatkan kelembutan hati yang sesungguhnya karena adanya perbedaan yang besar antara akhlak suami yang pertama dan suami yang kedua. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjelaskan sebagian hikmah menikahi seorang gadis :

Dari Jabir, dia berkata, saya telah menikah maka kemudian saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan bersabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Apakah kamu sudah menikah ?” Jabir berkata, ya sudah. Bersabda Rasulullah : “Perawan atau janda?” Maka saya menjawab, janda. Rasulullah bersabda : “Maka mengapa kamu tidak menikahi gadis perawan, kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu.”

4. Mengutamakan orang jauh (dari kekerabatan) dalam perkawinan.

Hal ini dimaksudkan untuk keselamatan fisik anak keturunan dari penyakit-penyakit yang menular atau cacat secara hereditas.

Sehingga anak tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah atau mewarisi cacat kedua orang tuanya dan penyakit-penyakit nenek moyangnya.

Di samping itu juga untuk memperluas pertalian kekeluargaan dan mempererat ikatan-ikatan sosial.

B. Kriteria Memilih Calon Suami

1. Islam.

Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat kelak.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“ … dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al Baqarah : 221)

2. Berilmu dan Baik Akhlaknya.

Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :

“Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)

Islam memiliki pertimbangan dan ukuran tersendiri dengan meletakkannya pada dasar takwa dan akhlak serta tidak menjadikan kemiskinan sebagai celaan dan tidak menjadikan kekayaan sebagai pujian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur : 32)

Laki-laki yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan keshalihan akhlak. Dia mengetahui hukum-hukum Allah tentang bagaimana memperlakukan istri, berbuat baik kepadanya, dan menjaga kehormatan dirinya serta agamanya, sehingga dengan demikian ia akan dapat menjalankan kewajibannya secara sempurna di dalam membina keluarga dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai suami, mendidik anak-anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan nafkah.

Jika dia merasa ada kekurangan pada diri si istri yang dia tidak sukai, maka dia segera mengingat sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yaitu :

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Jangan membenci seorang Mukmin (laki-laki) pada Mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai.” (HR. Muslim)

Sehubungan dengan memilih calon suami untuk anak perempuan berdasarkan ketakwaannya, Al Hasan bin Ali rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki :

“Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan mendzaliminya.”

Untuk dapat mengetahui agama dan akhlak calon suami, salah satunya mengamati kehidupan si calon suami sehari-hari dengan cara bertanya kepada orang-orang dekatnya, misalnya tetangga, sahabat, atau saudara dekatnya.

Demikianlah ajaran Islam dalam memilih calon pasangan hidup. Betapa sempurnanya Islam dalam menuntun umat disetiap langkah amalannya dengan tuntunan yang baik agar selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Wallahu A’lam Bis Shawab.

Kutunggu Pinanganmu

01 Senin Des 2008

Posted by Gugun Design in B4 Married

≈ 5 Komentar

kutunggu pinanganmuIkut merasakan kebahagiaan sekaligus memendam kepedihan, sering dirasakan Fulanah saat ia menerima undangan pernikahan teman atau kerabatnya. Sebagai gadis yang hampir menginjak kepala tiga, tentu ia juga sangat merindukan saat bisa bersanding dengan pangeran idaman. Kapan ya giliranku? Itulah sebuah pertanyaan klise yang selalu terngiang dalam benaknya.

Sabar dalam Penantian
Merindukan pendamping hidup adalah fitrah setiap insan. Wanita, sebagai makhluk Allah yang cenderung ingin diayomi atau dilindungi, tentu sangat merindukan kehadiran seorang pelindung dalam hidupnya. Seorang suami yang menyayanginya, tempat ia bermanja, mau mendengar dan mengerti kegelisahannya, serta tempat ia mencurahkan cinta dan kasih sayang.

Saat-saat menanti adalah ujian bagi seorang gadis. Sebagai bunga yang sedang mekar, tak jarang dihampiri oleh kumbang-kumbang yang menggoda. Sayang, kebanyakan kumbang-kumbang itu sekedar ingin menggoda. Ada pula yang sekedar ingin menghisap madunya tanpa mau bertanggung jawab. Na’udzubillah!

Begitulah fakta di masa ini. Fitnah syahwat diumbar di mana-mana, sehingga banyak wanita kehilangan kehormatannya. Karena itu, setiap gadis muslimah harus pandai-pandai menjaga diri. Jangan tertipu dengan keindahan semu yang sering ditawarkan televisi lewat kontes-kontesan dan pamer aurat.

Lalu, apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh seorang gadis muslimah dalam masa penantian ini?

– Memperbanyak amal ibadah
Seorang gadis muslimah dalam masa penantian ini hendaknya berusaha semakin mendekatkan diri kepada Allah. Pendekatan diri kepada Allah dengan memperbanyak amal ibadah, khususnya ibadah sunnah bisa menjadi perisai diri dari berbagai godaan yang menghadang.

Memperbanyak puasa sunnah, juga bagus dilakukan, karena ibadah ini memang direkomendasikan oleh Rasulullah untuk para pemuda yang belum menikah, agar mereka bisa menahan gejolak syahwatnya.

– Doa dan tawakkal
Rezeki, maut dan jodoh manusia sudah diatur oleh Allah dan Dia Maha Mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya. Yang bisa kita lakukan adalah berikhtiar dan berdoa, kemudian bertawakkal kepada Allah.

Allah berfirman, “Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan doamu.” Hanya kepada Allah kita berserah diri, dan hanya kepada-Nya kita mohon pertolongan. Jangan sungkan-sungkan untuk berdoa pada-Nya. Berdoalah agar segera dikaruniai jodoh yang salih, yang baik agamanya, dan bisa membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ada baiknya jika doa tersebut dilakukan pada waktu-waktu yang mustajab, misalnya pada sepertiga malam terakhir.

Setelah banyak berdoa, maka bertawakkal dan bersabarlah. Yakinlah Allah akan memberikan yang terbaik. Bukankah Dia akan mengikuti persangkaan hamba-Nya? Karena itu jangan pernah berprasangka buruk terhadap Allah. Percayalah, pertolongan Allah pasti akan datang, dari arah yang tak terkirakan.

– Mempersiapkan diri, membekali diri dengan ilmu
Seorang gadis sejak jauh-jauh hari harus mempersiapkan dirinya agar bisa menjadi istri sekaligus ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak. Bagaimana cara mempersiapkan diri?

Pertama, bekali diri dengan ilmu, khususnya ilmu agama, terutama yang berkaitan dengan kerumahtanggaan. Telah banyak buku bacaan yang memuat masalah ini, hanya saja pilihlah bacaan yang sumbernya jelas dan sahih. Pahamilah apa saja hak dan kewajiban suami istri, serta pelajarilah bagaimana seorang istri harus bersikap di hadapan suaminya.

Kedua, bekali diri dengan ketrampilan berumah tangga. Seorang suami tentu akan senang bila istrinya terampil dan cekatan. Bisa menata rumah, membelanjakan harta dengan hemat, serta pandai mengolah masakan. Lebih baik lagi bila seorang istri memiliki ketrampilan yang produktif, misalnya menjahit, membuat kue, menulis, dan sebagainya sehingga bisa membantu suami mencari nafkah tanpa harus meninggalkan rumah.

Ketiga, persiapkan diri menjadi istri salihah dan sebaik-baik perhiasan bagi suami. Jangan lupa untuk merawat diri agar selalu tampil cantik dan segar. Tapi ingat, kecantikan itu tidak untuk diumbar sembarangan. Persembahkan hanya untuk suami tercinta kelak.

Menawarkan Diri, Mengapa Tidak?

Selain menanti, sebenarnya ada alternatif lain yang bisa dilakukan seorang wanita. Yaitu menawarkan diri pada laki-laki yang salih untuk dia nikahi. Ummul Mukminin Khadijah telah memberikan contoh dalam hal ini.

Sikap menawarkan diri menunjukkan ketinggian akhlak dan kesungguhan untuk menyucikan diri. Insyaallah, jika sikap menawarkan diri ini dilakukan dengan ketinggian sopan santun, tidak akan menimbulkan akibat kecuali yang maslahat. Seorang laki-laki salih yang berilmu tentu akan sangat menghormati wanita seperti ini. Ia akan menaruh hormat, setia dan penuh kasih sayang jika menerima tawaran wanita salihah untuk menikahi. Kalau terhalang untuk menerima tawaran, insyaallah pada diri laki-laki akan tumbuh rasa hormat, segan dan respek terhadapnya. Sungguh, pilihan ini sama sekali tidak akan menghinakan wanita.

Kepada Para Ikhwan

Bagi para ikhwan, ketahuilah, sesungguhnya telah banyak akhwat yang siap. Mereka menunggu pinanganmu. Mereka menunggu keberanianmu. Tunggu apalagi jika engkau pun sudah siap menikah dan merindukan seorang istri?

Ayolah, jangan ikhlaskan bila wanita-wanita salihah itu justru dinikahkan dengan laki-laki yang tidak baik agamanya. Ingatlah bahwa Allah akan menolong seorang pemuda yang berniat menikah demi menyelamatkan agamanya. Karena itu, bersegeralah mencari pendamping yang bisa membantumu bertakwa kepada Allah. (ummu fauzan)

Optimalisasi Hubungan Seks Pasutri

01 Senin Des 2008

Posted by Gugun Design in B4 Married

≈ 1 Komentar

Banyak pasangan suami istri yang beranggapan bahwa hubungan seks hanya merupakan bagian yang mengalir begitu saja dalam kehidupan rumah tangga. Padahal, Islam memandangnya sedemikian agung. Bila sebuah maksiat berbalikgagang menjadi ibadah yang menggugurkan banyak dosa, jelas menunjukkan kemuliaan perbuatan tersebut. Oleh sebab itu, seperti halnya amal ibadah lain, hubungan seks juga memiliki tujuan yang bisa disebut maqaashidusy syari’ah. Di antara tujuan berhubungan seks suami istri adalah: mencari keturunan dan mencapai kepuasan sekssual yang dapat menyelamatkan seseorang dari maksiat.

Isyarat Dalam Hadits

Sebenarnya banyak sekali riwayat menunjukkan keharusan mengoptimalisasikan hubungan seks (catat, bukan diperbanyak, tapi dioptimalkan), namun kami hanya berniat menyebutkan satu dua di antaranya saja. Bagi yang ingin membacanya secara lebih lengkap, silakan kaji buku kami ‘Sutra Jingga’ yang masih dalam proses akan diterbitkan.

Salah satunya adalah hadits Jabir yang sangat terkenal, karena dijadikan sebagai hadits utama dalam manasik haji.

Jabir bin Abdullah yang sedang berada di tengah orang banyak yang bersamanya, berkata, “Kami, sahabat-sahabat Rasulullah n melakukan ihram haji tanpa umrah….” Ia melanjutkan, ‘Lalu Nabi n tiba pada pagi tanggal empat Dzulhijjah. Saat kami telah tiba, Nabi n. memerintahkan kami ber-tahallul, dan beliau sendiri bersabda, ‘Lakukanlah tahallul dan campurilah istri-istri kalian.’ Lalu beliau mendengar berita bahwa kami mengatakan, ‘Ketika tenggang waktu antara kita dengan hari Arafah tinggal lima hari, beliau malah menyuruh kita bertahallul dan mencampuri istri-istri kita. Wah, gimana ini? Sehingga akhirnya kami harus tiba di Arafah, sementara penis-penis kami masih meneteskan madzi?’

Kemudian Rasulullah. berdiri seraya bersabda, ‘Sesungguhnya kalian sudah mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah di antara kalian, paling benar, dan paling baik. Kalau bukan karena aku telah membawa binatang kurban, niscaya aku sudah ber-tahallul seperti yang kalian lakukan. Karena itu, lakukanlah tahallul. Seandainya aku mengetahui urusanku ini sejak semula, maka aku tidak membawa binatang kurban.’[1]

Maka kamipun ber-tahallul. Kami mendengar dan kami patuh.” (Di dalam satu riwayat,[2] “Maka kami campuri istri-istri kami, lalu mengenakan wangi-wangian, dan mengenakan pula pakaian biasa kami.”)[3]

Riwayat ini secara tegas menunjukkan betapa Rasulullah amat memperhatikan kebutuhan para Sahabat beliau, termasuk hubungan seks yang menjadi bagian tidak terpisahkan dengan kehidupan mereka.

Selain itu, riwayat ini menunjukkan bahwa hubungan seks adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Dalam sebuah rangkaian ibadah haji yang demikian mulia saja, beliau tetap menekankan agar para Sahabat tetap memperhatikan soal hubungan seks. Dan hebatnya, para Sahabat juga langsung menuruti petunjuk Nabi tersebut. Dan, alhamdulillah, petunjuk Nabi n adalah petunjuk terbaik.

Hal lain yang bisa dipetik dari hadits tersebut, bahwa para Sahabat tidak merasa sungkan untuk meriwayatkan hadits itu, bahkan menyebutkan –maaf– alat vital mereka yang masih meneteskam madzi. Itu sama sekali tidak berlawanan dengan konsep malu dalam Islam. Coba simak ungkapan Ibnu Hajar berikut,

Al-Hafizh juga menjelaskan bahwa Iyadh dan ulama lain menerangkan, “Malu itu ditetapkan sebagai bagian dari iman, meskipun ia merupakan naluri, karena penggunaannya yang sesuai dengan peraturan syara’ itu memerlukan niat, usaha, dan ilmu. Sedangkan keberadaannya, yang selalu saja mendatangkan kebaikan, mungkin hal itu terkadang sulit dimaknai secara umum, karena kadang-kadang perasaan malu justru menghalangi yang bersangkutan untuk –misalnya- mencegah orang yang melakukan kemungkaran dan membawanya untuk tidak menunaikan sebagian kewajiban. Jawabannya, bahwa yang dimaksud dengan kata haya atau ‘malu’ dalam hadits-hadits ini adalah yang sesuai dengan tuntunan syara’. Sedangkan malu yang menyebabkan yang bersangkutan tidak melaksanakan kewajiban, maka itu bukan haya’ atau rasa malu yang dibenarkan dalam syariat, bahkan merupakan kelemahan dan kehinaan.”

Sedangkan Al-Qadhi Iyadh mengatakan, “Perasaan malu yang menyebabkan yang bersangkutan tidak menunaikan kewajiban, bukanlah malu yang syar’i, bahkan ia merupakan kelemahan dan kehinaan.”[4]

Rasa malu yang sesungguhnya, yang tidak menghalangi seseorang dari kebaikan, itulah yang dimaksud dalam hadits,

Imran bin Hushain berkata bahwa Nabi bersabda,

“Perasaan malu itu hanya mendatangkan kebaikan. [5]”

Upaya mengoptimalkan hubungan seks agar dapat memenuhi kebutuhan suami istri secara baik, juga diisyaratkan dalam hadits berikut:

Jabir pernah menuurkan kepada Rasulullah, “Aku baru saja kawin.” Beliau bertanya, “Gadis atau janda yang engkau kawini?” Jabir menjawab, “Janda.” Beliau bersabda,

“Mengapa engkau tidak kawin dengan gadis saja sehingga kalian dapat saling bercumbu ria?”

Di dalam satu riwayat disebutkan,[6] “Kalian bisa saling tertawa dan menggembirakan satu terhadap yang lain. ” Di dalam satu riwayat lagi, [7] “Sehingga engkau juga memiliki yang dimiliki anak-anak gadis, berikut air liurnya. ” ‘[8]

Alqamah menuturkan, “Aku pernah bersama-sama dengan Abdullah, lalu dia berjumpa dengan Utsman di Mina. Utsman berkata kepadanya, ‘Wahai ayah Abdur Rahman, aku mempunyai keperluan denganmu.’ Kemudian keduanya perti ke tempat yang agak tersembunyi, lalu Utsman berkata, ‘Maukah engkau aku kawinkan dengan seorang gadis yang akan dapat membuatmu bernostalgia dengan masa lalulnu?’ Setelah ia melihat Abdullah tidak berkenan, la berisyarat kepadaku seraya berkata, ‘Hai alqamah!’ Maka aku memperhatikannya, dan dia berkata, ‘Ingatlah, jika Anda berkata begitu, maka Nabi n. telah bersabda kepada kita,

“Wahai segenap kaum muda, barangsiapa di antara kalian yang sudah mampu kawin, maka hendaklah ia kawin. “[9]

Beberapa riwayat di atas menunjukkan perhatian nabi yang –sekali lagi—demikian besar terhadap kemaslahatan para Sahabatnya. Berbagai riwayat itu juga membuktikan bahwa menikah memiliki tujuan sangat penting, di antaranya mendapatkan kepuasan hubungan seks secara normal dan baik. Ucapan Nabi, ‘… sehingga kalian dapat saling bercumbu ria…’ ‘… “Sehingga engkau juga memiliki yang dimiliki anak-anak gadis, berikut air liurnya… ” semuanya mengisyaratkan hal itu. Seorang muslim atau muslimah, yang saat memutuskan untuk menikah, lalu mengabaikan hal tersebut, sungguh tidak layak dan berlawanan dengan petunjuk As-Sunnah.

[1] Yakni, kalau sudah tampak (sudah terpikir) olehku sejak semula apa yang tampak (terpikir) olehku belakangan ini, yaitu melakukan ihram umrah sekaligus, niscaya aku tidak akan membawa binatang korban. (Catatan kaki Shahih Muslim, juz 2, hal. 884 .

[2] Shahih Murlim: Yitab Al-Hajj, Bab Bayani Wujuhillhram wa Annahu Tajuuzu Ifraadul Hajj wat-Tamattu’ wAl-Qiran, juz 4, hal. 35.

[3] Shahih Al-Bukhari: Kitab Al-I’tisham, Bab Nahyin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi warallam’alat-Tahrim, juz 17, hal. 108. Shahih Muslim: Kitab Al-Hajj, Bab Bayani Wujuhil-Ihram wa Annahu Yajuuzu Ifraadul Hajj wat-Tamattu’ wAl-Qiran, juz 4, hal. 36.

[4] lbid. juz 13, hal. 138.

[5] Shahih Al-Bukhari: Kitab Al-Iman, Bab Umuurul-Iman, juz 1, hal. 57. Shahih Muslim: Kitab Al-Iman, Bab Syu’abul-Iman, juz 1, hal. 46.

[6] Shahih Al-Bukhari: Kitab an-Nafaqat, Bab ‘Aunul Mar’ah Zaujaha fi L4aladihi, juz 11, hal. 441.

[7] Shahih Al-Bukhari: Kitab an-Nikah, Bab Tazwijuts Trayyibat, juz 11, hal. 25.

[8] Shahih Al-Bukhari: kitab an-Nikah, Bab Thalabil Walad, juz 11, hal. 255. Shahih Muslim: Kitab an-Nikah, Bab Istihbabi Nikahil-Bikr, juz 4, hal. 176.

[9] Shahih Al-Bukhari: Kitab an-Nikah, Bab Qaulin Nabiyyi Shallallahu’alaihi Wasallam: “Man Istathaa’a minkumul Baa-ah Falyatazawwaj”, juz 11, hal. 7. Shahih Muslim: Kitab an-Nikah, juz 4, hal. 128.

Kerja ato Nikah? Duh.. pilih mana ya?

01 Sabtu Nov 2008

Posted by Gugun Design in B4 Married

≈ 2 Komentar

Assalamu’alaikum, Kak, saya mau sharing ne, langsung aja! Tapi sharing pribadi ya!
Saya tu anak perempuan satu-satunya
dari 3 bersaudara, usia 20 tahun. Saya dihadapkan pada 2 pilihan, di satu sisi saya mau kerja buat bantu orang tua, tapi di sisi lain, karena susahnya cari kerja, ibu malah nyuruh saya nikah, sementara kalo
mau nikah saya merasa belum punya modal yang cukup. Selain itu saya juga tidak tau bagaimana harus memulai hubungan dengan ikhwan. Menurut kakak, saya harus concern untuk cari kerja dulu atau mulai mempertimbangkan untuk ta’aruf dg ikhwan? Wassalam
Siti

Wa’alaikumussalam Siti, moga-moga kamu nggak cemberut ya kalo jawaban pertanyaan via email kamu nongol di Elfata. Biar temen-temen kamu yang punya pertanyaan serupa mendapat jawaban juga. Setuju nggak?

Kerja ato nikah? Duh.. pilih mana ya?

Oke Siti, kerja dengan niat membantu orangtua sebenernya adalah perbuatan yang mulia karena termasuk perbuatan yang menyenangkan orang tua. Tapi sebenarnya itu bukan kewajiban kamu sebagai seorang muslimah. Bahkan seharusnya kamu masih jadi tanggungan ortumu kalo kamu belum nikah, bukan sebaliknya.

Sebelumnya Kak Yulia kasih pertimbangan dulu ya tentang kebingungan kamu memilih kerja ato nikah.

Sebenarnya boleh-boleh saja sih cewek bekerja kalo belum nikah, tapi harus liat rambu-rambunya dulu. Yang terpenting, kamu dapat menjaga pandangan dan menjaga diri dari fitnah, trus nggak campur baur dengan lawan jenis. Apalagi kalo di tempat kerja kebanyakan cowok. Trus perlu diperhatikan juga, kamu kan belum nikah, berarti tergoda dan digoda banyak cowok lebih banyak. Nah, kalo kerjanya di tempat begini sebaiknya dihindari deh. Lebih banyak bahayanya! Coba kalo yang naksir kamu banyak sementara kamu belum nikah, bisa-bisa pada berantem nanti, ngrebutin kamu, kamu jadi pusing. Jadi, sulit dong kalo milih kerja?

Emm… mungkin kamu bisa coba yang ini…kamu bisa buat usaha di rumahmu yang adem ayem, kecil-kecilan aja dulu sesuai keahlian kamu, tapi ditekuni. Pede aja jika memang punya keahlian. Membuat pernik-pernik kerajinan tangan, kue-kue, roti, nyoba bisnis di internet, tanaman hias, de el el ..cari sendiri yah! Insya Allah yang begini aman dari fitnah, dekat dengan orang tua lagi. Syukur kalo kamu bisa narik temen-temen ato tetanggamu bantuin kamu. Malah bisa buka lapangan kerja baru. Nah, kalo dah nikah, bekerja harus dengan izin suami dan nggak boleh sampe nelantarin keluarga, karena tugas utama wanita adalah memperhatikan keluarga di rumah dengan optimal biar jadi generasi yang muslim baik. Coba deh bayangin, kamu kerja di luar rumah, suami juga kerja, anak-anak cuma sama pembantu terus, akhirnya pada nggak mau nurut kamu sebagai ibunya, maunya nurut pembantu aja. Duh apa nggak gigit jari kalo begini…

Sekarang masalah nikah nih… wah sebenarnya tawaran menarik nih untuk menikah. Zaman sekarang banyak lho ortu yang malahan nyuruh anak cewek kudu kerja duluan baru boleh nikah. Wah kamu termasuk beruntung banget, nggak dipersulit ortu untuk nikah, malah didukung. . Nikah sama siapa saja juga dibolehin kan? Berarti kamu bisa milih sendiri dong. Kesempatan nih..

Kalo belum siap nikah karena belum ada modal mungkin bisa dicari solusinya. Adakan saja acara walimah sesederhana mungkin. Mungkin kalo kamu bilang siap nikah, sodara-sodara kamu juga bakal bantuin dana buat kamu. Semoga saja ya..

Nah kalo masalah bingung ngedapetin cowoknya kamu bisa minta bantuan temen-temen kamu yang agamanya baek buat nyariin suami. Atau ada pembaca nih yang mau ta’aruf sama Siti? Jadi nyari cowok nggak mesti harus di tempat kerjaan..

Trus kalo dah dapet suami kamu bisa lobi suami untuk kasih seperberapa bagian penghasilannya buat ortumu. Jadi kamu nggak perlu kerja, lebih banyak fokus pada anak dan suami. Kalo belum mencukupi, insya Allah ortumu bisa memaklumi tanpa kamu harus kerja, asalkan tanda bakti untuk beliau berdua selalu kalian tampakkan. Semoga Siti dapet suami yang bener baek agama dan akhlaknya ya..

Nah sekarang coba dipikirin lagi baik-baik. Kak Yulia nggak bisa bilang kamu mesti milih kerja dulu apa nikah dulu. Hidupmu milik kamu sendiri jadi kamu sendiri yang mutusin. Yang jelas tiap pilihan pasti ada konsekuesinya. Kakak doain deh semoga Siti bisa memilih yang terbaik…

[taken from: http://www.majalah-elfata.com]

Karena Taman Itu Disirami

10 Kamis Jan 2008

Posted by Gugun Design in B4 Married

≈ 1 Komentar

Abu Ammar al-Ghoyami

Indahnya pergaulan pasutri dalam membina rumah tangganya sarat dengan keharmonisan. Keharmonisan merupakan sebutan yang sering dan selalu didamba keberadaannya oleh setiap pasutri. Hal ini wajar, mengingat begitu pentingnya peranannya dalam kehidupan setiap pasutri. Bisa jadi dan sangat mungkin sebab keharmonisan itu merupakan pokok keberhasilan dalam usaha mereka berdua mendayung sampan mengarungi samudera kehidupan rumah tangganya.

Termasuk unsur pokok keharmonisan setiap pasutri adalah akhlaq yang terpuji dari tiap-tiap individu. Dan termasuk pokok akhlaq terpuji adalah berbuat adil dan tidak menzholimi. Seorang suami harus mempergauli isterinya dengan penuh keadilan dan tidak ada kezholiman. Begitu pula seorang isteri harus mengimbangi keadilan suami dengan keadilan serupa. Bersihnya suami dari kezholiman ialah dengan menahan dari melakukan kezholiman kepada isterinya. Bukankah itu adalah keharmonisan?

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kedudukan yang berbeda antara suami dan istri dalam rumah tangganya, hal ini menuntut keadilan dan dibuangnya jauh-jauh kezholinman dari setiap pasutri terhadap pasangannya. Sebab dibalik perbedaan itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menganugerahkan keharmonisan bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Simaklah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut:

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (kaum wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…. (QS. an-Nisa’ [4]: 34)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan para suami sebagai orang yang memiliki kuasa dalam membina para isterinya, mendidik mereka, serta memerintah mereka untuk melaksanakan seluruh kewajiban yang harus mereka tunaikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kepada suaminya, serta memberikan pelajaran kepada mereka bila mereka tidak menunaikannya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendaki sebaliknya.

Mengapa ditetapkan demikian? Padahal yang demikian ini benar-benar sebuah perbedaan? Memang benar, itu adalah perbedaan, sedangkan keharmonisan tidak selamanya harus sepadan, harus sama, dan harus selaras. Dalam perbedaan pun Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki keharmonisan, bahkan merupakan keharmonisan yang sesungguhnya.

Mengapa hanya suami? Sebab Subhanahu wa Ta’ala telah melebihkan para suami atas para isteri dengan mahar-mahar yang mereka bayarkan, dengan harta yang mereka nafkahkan untuk isteri mereka, dan dengan kecukupan yang mereka berikan kepada para isteri mereka. Benar-benar sebuah keharmonisan! Para isteri itu di sisi suami laksana bunga-bunga di taman yang selalu disirami.

Bukankah tidak harmonis bila yang selalu disirami tidak ’mengerti’ tuannya? Seperti juga bukan keharmonisan bila si tuan tidak menyirami tamannya? Karena taman itu disirami, maka selayaknya mawar-mawar itu memahami perbedaan ini. Hanya karena taman itu disirami maka bunga-bunga keharmonisan pun harum semerbak mewangi.

Ditulis ulang dari Majalah al-Mawaddah, Edisi 2 Tahun ke-1 1428/2007

Lebih Indah Berumah Tangga

18 Selasa Sep 2007

Posted by Gugun Design in B4 Married

≈ 2 Komentar

Pernikahan memang menyisakan dua pilihan kehidupan. Bahagia dan sengsara. Sebagian rumah tangga yang senantiasa diliputi kebahagiaan, yang mana di dalamnya selalu ada keceriaan. Sebaliknya, ada pula yang sengsara dan merana. Untuk jenis pertama, kesedihan seakan hilang dari keluarga mereka. Inilah profil rumah tangga yang berkah. Sedangkan jenis kedua merupakan bentuk rumah tangga yang tidak berkah. Bertengkar menjadi santapan setiap hari, ibaratnya sejak bangun tidur sampai menjelang tidur kembali adanya cuma bertengkar dan bertengkar. Juga tak pernah ada kemesraan di dalamnya. Biasanya rumah tangga seperti ini akibat jauhnya keluarga tersebut dari nilai-nilai agama, juga kurangnya kesadaran dari kedua belah pihak terhadap kekurangan pasangan.

Yang pasti setiap pernikahan akan selalu ada riak-riak permasalahan. Sehingga, tak mungkin kehidupan rumah tangga lurus-lurus saja. Pada hakikatnya, bukan masalah yang perlu ditakutkan tapi bagaimana menghadapi masalah tersebut. Jangankan kita, Rasulullah pun pernah mengalaminya. Pernah beliau marah pada istri-istrinya sampai membuat beliau menjauhi mereka selama satu bulan. Dalam hal ini sikap kita menentukan apakah masalah bisa segera diselesaikan atau tidak. Menikah, sangat membutuhkan kedewasaan, baik dalam berpikir, bersikap, maupun berperilaku dari kedua belah pihak agar semua bisa dilalui dengan baik.

BAHAGIANYA MENIKAH
Kebahagiaan menikah sangat banyak, bahkan mungkin tak terhitung jumlahnya. Kalau dirinci secara detil mungkin membutuhkan berlembar-lembar kertas untuk menulisnya. Secara umum dapat dirinci sebagai berikut:
1. Hati lebih tentram
Sudah bukan rahasia lagi, bila laki-laki dan wanita fitnah (godaan) bagi lawan jenisnya. Terutama wanita, menjadi fitnah terbesar bagi laki-laki. Tentunya hal ini akan menimbulkan hati tidak tentram, tak jarang malah menjadikannya kotor karena membayangkan hal-hal tidak karuan dari si dia. Tentunya ini tidak baik bagi hati dan agama. Di sisi lain setiap manusia membutuhkan pasangan sebagai teman hidup. Ia tak bisa hidup sendirian. Oleh karena itu, dengan menikah ketentraman tersebut akan bisa tercapai karena ada pasangan yang selalu berada di sampingnya.
2. Ibadah lebih tenang
Ketentraman hati juga otomatis akan berimbas pada ibadah. Ibadah yang kita lakukan akan menjadi lebih tenang. Bayangan menggoda wanita atau laki-laki di jalan yang sering mengganggu ibadah kita insyaallah sudah hilang, kalaupun tidak minimal sangat berkurang. Itulah mengapa Rasulullah b menyatakan,
“Barangsiapa menikah, maka dia telah memperoleh separuh agamanya, karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi.” (Riwayat Al-Hakim)
3. Ada yang melayani dan merawat
Waktu bujangan atau gadis, hidup akan lebih banyak dihabiskan sendirian. Dalam arti mengurus diri sendiri, dan mengerjakan apa-apa sendiri, kecuali kalau hidupnya selalu dilayani orang tua. Tentu ini berbeda ketika sudah menikah. Setelah menikah, kita akan selalu dilayani oleh pasangan. Dari mulai makan, minum, sampai kebutuhan biologis. Di sisi lain bila kita sakit juga akan ada yang merawat, menunggui, menyuapi, atau menghiburnya sehingga kita bisa kuat menghadapi cobaan yang sedang menimpa.
4. Ada yang menasihati dan membimbing
Punya suami atau istri yang pintar agama akan memberikan nilai plus tersendiri. Ia bisa menasihati kita bila kita berbuat kesalahan atau kealpaan. Selain juga akan membimbing untuk senantiasa ingat kepada Allah, mengamalkan sunnah nabi, dan yang lainnya. Tentu ini kebahagiaan terbesar yang tak bisa tergantikan dengan yang lainnya. Karena semakin kita banyak dibimbing tentu akan semakin bagus agama kita. Dan bila agama kita sudah bagus maka iman kita juga akan semakin baik. Setelah itu, hidup kita akan semakin berarti. Oleh karena itu, sudah semestinya kita dalam mencari pendamping hidup lebih mengutamakan agamanya agar ia bisa membimbing kita menuju hidup yang bahagia, fiddunya wal akhirah.
5. Ada yang membantu pekerjaan
Kebahagiaan lain yang dirasakan setelah menikah adalah pekerjaan kita akan menjadi lebih ringan, karena ada yang membantu. Bila suami paham agama, ia akan banyak membantu istrinya, sebagaimana Rasulullah banyak membantu istri-istri beliau ketika berada di rumah. Suami yang baik juga akan membantu mengerjakan pekerjaan rumah, membantu untuk belajar mengurus rumah, dan membantunya memelihara anak-anak. Bagi suami sendiri, bila istri salihah maka ia akan bisa memahami pekerjaan suaminya. Ia akan berusaha ikut membantu sekuat tenaga, walau mungkin sekadar menyiapkan teh manis, makanan kecil, atau peralatan-peralatan yang dibutuhkan sang suami. Sehingga akan terasa sekali kebersamaannya.
6. Kebutuhan biologis tersalurkan
Manusia butuh pemenuhan biologis. Itu menjadi bagian dari kekuasaan Allah yang diberikan kepada manusia, jin, dan hewan. Bagi manusia dan jin, tujuannya agar mereka bisa berkembang biak dan semakin banyak makhluk yang menyembah-Nya. Dalam hal ini, manusia dan jin beda dengan hewan yang tak butuh pasangan hidup sah. Manusia dan jin punya peraturan yang mengharuskan nikah dahulu baru boleh menyalurkan hasrat. Sehingga dengan menikah hasrat seks akan dapat tersalurkan dengan benar, dan itu akan menghindarkan kita dari terjerumus pada perzinaan.
DALAM DUKA ADA SUKA
Lalu apa duka dalam pernikahan? Banyak, seperti uang habis sementara tanggal 1 masih lama, anak yang ditunggu-tunggu tak segera hadir di tengah keluarga, omongan/gunjingan tetangga yang tak suka dengan kita, atau perilaku pasangan yang mengecewakan. Semua itu akan menimbulkan kesedihan bahkan tak jarang kekecewaan yang mendalam.
Duka tersebut menjadi cobaan sekaligus hiasan di tengah kebahagiaan. Sebagian keluarga merasakan kesedihan tersebut sebentar, tapi ada pula yang lama. Dan biasanya kesedihan tersebut menyangkut keimanan kita. Semakin besar iman semakin besar pula cobaan/kesedihan yang akan kita rasakan. Di sinilah dibutuhkan kebersamaan dalam merasakan duka tersebut agar kuat dalam menanggungnya, selain membuat nikmat yang dirasakan.
Ketika suka umumnya manusia lupa dengan agamanya, tapi di saat duka ia mencaci maki Rabb-Nya, seakan tak terima. Padahal dalam setiap suka dan duka ada kenikmatan, ujian bagi seseorang. Bila suka akankah ia bersyukur dan bila duka akankah ia kembali kepada Rabb-Nya. Kalau kita bisa menanggapinya dengan baik maka kebahagiaan yang akan kita peroleh. Yakinlah hidup takkan selamanya suka, juga takkan selamanya duka. Ibarat roda, ia akan berputar naik turun, kadang di atas kadang di bawah, sehingga tak layak sedih berlebihan. Di sinilah peran suami atau istri sangat penting dalam menguatkan pasangannya agar bisa berlapang dada. Perhatian kita pada pasangan juga akan mampu menenangkannya dalam menjalani semua cobaan yang ada. Bila kebersamaan seperti ini bisa terus dibangun dari hari ke hari maka rumah tangga akan mampu berlayar dengan baik, rumah tangga pun semakin bahagia seiring bertambah kuatnya cinta di antara kita. Suka duka akan menjadi milik kita berdua. Wallahu a’lam. ‘PACARAN’ SETELAH MENIKAH
Pacaran berasal dari kata pacar, artinya yang dicintai dan dikasihi. Pacaran berarti suatu interaksi khusus bersama sang pacar, bercintaan dan berkasih-kasihan. Jadi bisa dimaklumi kalau banyak orang yang berkepentingan dengan aktivitas yang satu ini. Sampai yang tidak layak berpacaran pun ikut-ikutan melakukannya.
Yang patut disesalkan juga, makna pacar dan pacaran justru menyempit dipakai untuk orang yang tidak pantas melakukannya. Mestinya pacaran adalah aktivitas yang dilakukan para pasutri. Jadi bukan merupakan penjajagan untuk persiapan menuju pernikahan atau pemutusan hubungan.

DUA ANTARA TITIK KRITIS
Titik kritis, merupakan peristiwa sakral nan agung dalam kehidupan anak manusia. Perjanjian besar yang mampu mengguncang Arsy di mana Allah bersemayam di atasnya. Perjanjian yang mampu menghalalkan sesuatu yang tadinya haram dilakukan. Itulah sebuah perjanjian pernikahan (‘aqdun nikah).
Mengapa disebut titik kritis? Karena perjanjian tersebut merupakan titik yang memisahkan antara dua dunia kehidupan, dunia lajang dan menikah. Kehidupan lajang dan menikah mungkin sama dilihat dari sisi besarnya godaan syahwat. Yang berbeda adalah kemudahan mencari solusi. Seorang yang telah menikah bisa segera menyalurkan hasrat kepada pasangannya yang sah, sementara yang belum menikah bingung harus disalurkan ke mana dan bagaimana?
Karena itulah betapa banyak kasus perzinaan yang melibatkan pasangan anak manusia yang belum menikah. Semua itu akibat praktik pacaran yang tidak pada tempatnya, alias pacaran belum waktunya. Seorang yang masih lajang, tidak pacaran pun banyak godaan syahwat. Apatah lagi jika melakukan pacaran, suatu hal yang belum menjadi haknya, tentu godaannya jauh lebih besar dan merenggut. Korban utama tentu adalah pihak wanita, walaupun sebenarnya lelaki pun jadi korban. Hanya kalau pihak lelaki menjadi korban setan, sementara yang perempuan di samping menjadi korban setan sekaligus menjadi korban lelaki.
Dengan menikahlah hubungan pacaran akan menjadi aman. Aman dari bencana dunia berupa kehamilan di luar nikah yang berbuah kehinaan di mata manusia dan aman dari adzab Allah yang sangat pedih. Pacaran setelah menikah tentunya terasa asyik dan bebas.
Kenapa asyik? Karena bebas, kita bebas berkreasi. Sepasang suami istri mempunyai kebebasan untuk mengekspresikan cinta kasihnya kepada masing-masing pasangannya. Pacaran memang hanya milik pasutri. Allah menggambarkan secara indah tentang hubungan sepasang suami istri,
“Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” (Al-Baqarah: 223)
Hubungan pacaran yang tadinya haram menjadi halal, bahkan dalam kasus tertentu menjadi wajib. Tidak ada lagi batasan aurat di antara sepasang suami istri, betul-betul bebas, sehingga asyik. Ini berangkat dari konsep bahwa istri punya hak-hak yang mesti ditunaikan oleh suami. Nafsu syahwat yang sebelum menikah tabu untuk diumbar, setelah menikah bebas dibuka untuk pasangannya. Rasulullah bersabda, “Jagalah auratmu kecuali terhadap istrimu dan budak sahayamu.” (Riwayat Ahmad)

CINTA SUCI PACAR SEJATI
Cinta, hampir pasti semua orang pernah menyatakannya kepada lawan jenis. Lelaki kepada perempuan atau sebaliknya perempuan kepada lelaki. Tapi yakinkah kita dengan kualitas ungkapan cinta itu? Cinta sejati atau cinta nafsu setani?
Sepasang anak manusia beda jenis ketika melakukan pacaran akan sangat mudah tergoda setan. Pacaran itu sendiri merupakan ungkapan nafsu yang diramu oleh para setan. Maka ungkapan cinta pun sangat kental warna nafsunya. Cinta demikian sangat rapuh, karena dibangun di atas semangat hipokrit (“kemunafikan”). Masing-masing ingin tampil sebagai sosok sempurna. Ketika muncul kekecewaan yang tak terduga, maka, sebagaimana banyak kasus, pasangannya akan dihabisi, atau paling tidak begitu saja ditinggal pergi. Siapa yang rugi?
Berbeda dengan para pasutri. Mereka diikat oleh perjanjian yang suci. Kalau pun belum ada cinta di awal, tetap akan bersemi cinta suci di antara pasutri. Apalagi ketika telah hadir para penyejuk mata, anak-anak yang gemas nan lucu yang akan meneruskan estafet kehidupan keluarga. Pacaran di kalangan pasutri tentu dilandasi cinta yang sejati, cinta “suci”. Karena semangat mereka adalah saling mendukung, memperbaiki dan melengkapi. Ketika ada kelemahan dalam masing-masing individu, mereka akan saling menutupi.
Dengan begitu pacaran yang mampu menumbuhkan cinta sejati hanya dalam pacaran sejati. Kalau memang syariat sudah menggariskan bahwa pacaran sebelum menikah merupakan tindak kejahatan, tentunya kita tidak akan melakukan. Sebagai muslim kita harus menjadikan berbagai kasus sebagai bahan pelajaran. Dengan demikian kita berharap tidak akan terjerumus dalam kasus serupa yang memilukan dan menghinakan.
Sudah saatnya kita mengemas pacaran secara lebih aman, asyik, dan bebas. Pacaran yang tidak mendatangkan bencana dan kehinaan, bahkan sebaliknya mampu menghadirkan kesejukan, ketentraman, dan ketenangan. Yang dengan izin-Nya hal itu akan mendatangkan anugrah berupa keturunan. Bukankah kebahagiaan tersendiri kalau kita segera mewujudkannya dalam suatu pernikahan?

Diambil dari Nikah Vol. 3, No 6 September 2004

Ga Tahan, Pengen Nikah..

27 Senin Agu 2007

Posted by Gugun Design in B4 Married

≈ 131 Komentar

241401391.jpgAssalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Aku seorang akhwat berusia 19 tahun, entah mengapa keinginanku untuk cepat menikah sudah tidak dapat kutahan. Aku selalu gelisah karenanya. Pernah aku mencoba untuk melupakan keinginan itu, hanya karena keadaan ekonomi dan keluarga yang belum siap menerima seorang menantu. Tapi terkadang keinginan itu tidak dapat kujalankan. Aku tetap ingin cepat nikah. Aku capek hidup sendiri, aku takut terlena oleh gemerlapnya dunia. Apalagi di zaman sekarang banyak sekali maksiat dimana-mana. Tapi aku bingung kak. Problem sangat banyak dengan keluarga. Pernah suatu ketika ada seorang ikhwan yang mau melamarku. Tapi ayahku malah bilang pada ibu bahwa, “Aku belum siap mempunyai menantu kalau masalah keluarga kita belum beres.” Menurut kakak, apa yang harus ana lakukan saat ini? Haruskah aku menunggu sampe keadaan keluarga kembali normal? Tapi sampe kapan? Sedang ayahku tidak pernah berusaha untuk menyelesaikan masalah dengan segera. Aku minta kakak untuk membantu memecahkan masalah yang kuhadapi sekarang. Atas jawabannya kuucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ukhti U di Kota T

Baca lebih lanjut →

Ta’aruf Gagal Terus!

12 Minggu Agu 2007

Posted by Gugun Design in B4 Married

≈ Tinggalkan komentar

Ditulis oleh: Ummu Raihanah

Obrolan Baru Fenomena yang sering terjadi dikalangan muslim dan muslimah yang sedang mempersiapkan diri ke gerbang pernikahan biasanya akan melalui “fase ta’aruf”. Suatu usaha atau ikhtiar untuk mengetahui hakikat calon pasangan kita. Bagaimana sifat dan karakternya, keluarganya, gaya hidupnya, dan seabreg-abreg “rahasia si dia” yang ingin kita ketahui dengan detail dalam ta’aruf adalah di bolehkan dalam Islam. Agar mantap sebelum terjadi pinangan/lamaran. Sayangnya, sering terjadi dari pihak wanita kurang jeli dalam memanfaatkan moment ini, banyak diantara mereka yang melihat beberapa nilai plus dari calonnya langsung mengatakan “iya”, terburu-buru menjatuhkan pilihan. Dengan alasan bahwa lamaran bisa di batalkan atau dengan kata lain mudah dibatalkan maka ketika ditengah perjalanan sering kita temui “korban-korban” berjatuhan, baik dari pihak wanita maupun laki-lakinya. Banyak di pihak lelaki kecewa atau juga mungkin dari pihak laki-laki yang menarik pinangannya sehingga pihak wanita juga kecewa.

Baca lebih lanjut →

← Older posts

Pengunjung

  • 573.387 hits

Kaoz Oblonx

Kaoz Oblonx

Masukkan email Anda untuk mendapatkan notifikasi dari kami

Bergabunglah dengan 114 pengikut lainnya

Laman

  • Buku Tamu
  • Info Kajian Rutin
  • Paket Murah Majalah Nikah
  • Perdana Cantik
  • Ssstt….aku sudah jadi abi!
  • Tentang Kita
Desember 2019
S S R K J S M
« Jul    
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
3031  
Salafishare - Let's share your links!

Kategori

  • Akidah
  • Al-Qudz
  • B4 Married
  • Biografi Ulama
  • Bukan Cerpen
  • Cinta Saja
  • Diary Hati
  • Download
  • Fatwa Ulama
  • Fikih
  • Gugun Design
  • Herbal Afiafit
  • Info Bermanfaat
  • Informasi Dauroh
  • Kesehatan
  • Konsultasi
  • Konsultasi Ustadz
  • Lain-lain
  • majalah sakinah
  • Manhaj
  • Nasihat
  • Resensi Buku
  • Sakinah
  • Subhanalloh…
  • Tafsir
  • Tanya Ustadz
  • Tashfia
  • Techno
  • Teruntuk Ukhti
  • Trik Bisnis

Tulisan Terakhir

  • Kaoz Oblonx – Every Soul Will Taste Death
  • 1 Kesulitan, 2 Kemudahan
  • Dia Bukan Lelaki Yang Kuharap
  • 7 Rintangan Setan
  • Suami Istri Dunia Akhirat

Akidah Al-Qudz B4 Married Biografi Ulama Bukan Cerpen Cinta Saja Diary Hati Download Fatwa Ulama Fikih Gugun Design Herbal Afiafit Info Bermanfaat Informasi Dauroh Kesehatan Konsultasi Konsultasi Ustadz Lain-lain majalah sakinah Manhaj Nasihat Resensi Buku Sakinah Subhanalloh... Tafsir Tanya Ustadz Tashfia Techno Teruntuk Ukhti Trik Bisnis
Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free!

Arsip

  • Juli 2015 (1)
  • September 2012 (3)
  • Mei 2012 (2)
  • Januari 2012 (1)
  • Oktober 2011 (1)
  • September 2011 (1)
  • Juni 2011 (1)
  • Januari 2011 (2)
  • November 2010 (1)
  • Agustus 2010 (1)
  • Juli 2010 (2)
  • Mei 2010 (3)
  • April 2010 (1)
  • Maret 2010 (6)
  • Februari 2010 (2)
  • Januari 2010 (3)
  • Desember 2009 (4)
  • November 2009 (2)
  • Oktober 2009 (2)
  • September 2009 (2)
  • Agustus 2009 (1)
  • Juli 2009 (1)
  • Juni 2009 (2)
  • Mei 2009 (4)
  • April 2009 (2)
  • Maret 2009 (3)
  • Februari 2009 (1)
  • Januari 2009 (6)
  • Desember 2008 (10)
  • November 2008 (4)
  • Agustus 2008 (3)
  • Juli 2008 (4)
  • Juni 2008 (1)
  • Mei 2008 (1)
  • April 2008 (4)
  • Februari 2008 (2)
  • Januari 2008 (4)
  • Desember 2007 (1)
  • November 2007 (4)
  • September 2007 (11)
  • Agustus 2007 (37)
  • Juli 2007 (4)
  • Juni 2007 (3)

O a s e

Yahya bin Mu'adz ar-Razi bertutur akan pengaduannya pada ar-Rahman, ia hiasi kalimat-kalimat lisannya dalam untaian permata yg berlulur sejuta pesona. Pesona yg merintih hendak bersimbah dalam telaga khauf dan raja'. Manakala dadanya sesak dan meluap hendak menumpahkan serpihan-serpihan taubat, ia berucap : "Bagaimana amalku akan menyelamatkan diriku, sementara aku terdampar diantara Kebaikan & Keburukan. Sungguh, keburukan amalku tak ada sedikitpun Kebaikan padanya, dan sungguh amal Kebaikanku tengah dikungkungi oleh noda hitam Keburukan amalku. Sedangkan Engkau (Yaa Rabb), tidak menerima kecuali apa yg terbit dari ikhlasnya amal. Maka pupuslah harapan dan tak ada lagi yg tersisa setelah ini semua, melainkan Rahmat & Maghfirah-Mu". >> Sittu Dhurar min Ahlil Atsar, Syaikh Abdul Malik Ramadhani al-Jazairi

***************

C A U T I O N

Salah satu elemen yg membuat sebuah buku menjadi BEST SELLER adalah covernya. Biar terjawab, telp/sms aja ke: 085292111852

Kirim Pesan YM


Komentar Terbaru

  • Khadijah pada Izinkan Aku Jadi Bagian Cinta Suamimu (Kisah Nyata Poligami 2)
  • sayadiana pada Kriteria Memilih Pasangan Hidup Menurut Islam
  • abdulloh pada Kriteria Memilih Pasangan Hidup Menurut Islam
  • putra pada Ga Tahan, Pengen Nikah..
  • putra pada Ga Tahan, Pengen Nikah..
outils webmaster
free counter
outils webmaster
free counter
Listen2Quran
free counters

Meta

  • Daftar
  • Masuk
  • Entries feed
  • Feed Komentar
  • WordPress.com
Locations of visitors to this page
My Popularity (by popuri.us)
Subscribe with Bloglines

Website saya nilaiRp 12.32 Juta

IP

Batal
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie